TEMPO.CO, Jakarta - Kehidupan Ely Sugigi tak ubahnya drama sinetron. Pelawak kelahrian Jakarta, 16 Oktober 1971 itu memulai karirnya dari bawah.
Dalam wawancara dengan Tempo.co pada 2014, Ely menuturkan bagaimana perjuangan hidupnya, keluar dari himpitan ekonomi. Ely pernah menjadi pembantu rumah tangga, untuk menutupi hidup dia dan anaknya. Penghasilan cekak dan berhutang sana-sini. Apalagi, suaminya saat itu bekerja serabutan. "Susah banget hidup saya," kata Ely Sugigi, Mei 2014 lalu.
Hidup Ely Sugigi berubah saat ditawari menjadi koordinator penonton untuk acara-acara televisi yang membutuhkan audiens. Komunitas pekerja hiburan televisi menyebut pekerjaan Ely Sugigi, manajemen penonton alias pemasok anak alay-alay di stasiun televisi. Ely harus mengerahkan massa, ke sejumlah stasion televisi untuk acara live atau rekaman.
Tawaran itu muncul setelah Ely Sugigi tak sengaja mendaftar ikut audisi acara lenong di sebuah stasiun televisi. Sayangnya, perempuan dengan nama asli Ely Suhari itu tak beruntung karena audisi sudah ditutup. Namun panitia menawari dia menjadi penonton "Lenong Yuk" . "Senang, karena dikasih RP 15 ribu per hari dan makan ditanggung," kata Ely.
Sayangnya, suaminya kurang suka pekerjaan Ely dengan alay-alay. Namun karena merasa nyaman, Ely tetap melakoni pekerjaannya sebagai penonton. Ibu dua anak ini pun terpaksa berbohong pada suaminya. "Saya dapat Rp 15 ribu bilangnya Rp 25 ribu, supaya boleh," kata dia.
SIMAK: Makin Mesra, Ely Sugigi Siap Nikahi Rezky Aditya KW